Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan Rabu (19/2) pagi, berada di posisi Rp16.359 per dolar AS di pasar spot. Pelemahan ini mencapai 81 poin atau setara dengan minus 0,50 persen dibandingkan penutupan sebelumnya. Melemahnya rupiah terjadi di tengah ketidakpastian global dan tekanan dari data ekonomi domestik yang belum menunjukkan perbaikan signifikan.
Secara lebih luas, pergerakan mata uang di kawasan Asia terlihat bervariasi. Baht Thailand tercatat menguat tipis sebesar 0,04 persen, sementara won Korea Selatan melemah 0,06 persen. Dolar Singapura juga mengalami penurunan sebesar 0,02 persen. Di sisi lain, yen Jepang justru menguat 0,09 persen, sedangkan ringgit Malaysia melemah lebih dalam sebesar 0,13 persen. Variasi pergerakan ini mencerminkan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh faktor global dan domestik masing-masing negara.
Sementara itu, mata uang utama negara-negara maju juga menunjukkan tren pelemahan. Poundsterling Inggris turun tipis sebesar 0,01 persen, euro Eropa naik sangat kecil sebesar 0,01 persen, dan franc Swiss mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Pergerakan ini menunjukkan kecenderungan investor untuk tetap berhati-hati di tengah ketidakpastian global.
Lukman Leong, pengamat pasar keuangan, menyoroti bahwa pelemahan rupiah dipicu oleh meningkatnya ketegangan dalam perundingan damai antara Ukraina dan Rusia. Ketegangan geopolitik ini menciptakan sentimen negatif di pasar keuangan global, termasuk di Indonesia. “Kekhawatiran atas eskalasi konflik antara Ukraina dan Rusia telah memicu ketidakpastian, yang berdampak pada melemahnya rupiah,” ujarnya kepada JBNewsdaily.com.
Selain faktor eksternal, kondisi ekonomi domestik juga turut memberikan tekanan pada rupiah. Data ekonomi Indonesia yang masih menunjukkan tanda-tanda kelemahan membuat investor khawatir terhadap prospek suku bunga dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang dijadwalkan pada sore hari ini. “Data ekonomi yang belum kuat menambah kekhawatiran pasar, terutama terkait keputusan suku bunga BI hari ini,” tambah Lukman.

Lukman memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp16.250 hingga Rp16.360 per dolar AS sepanjang hari ini. Pergerakan ini akan sangat dipengaruhi oleh hasil RDG BI dan perkembangan terbaru dari ketegangan geopolitik global. Jika Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan atau menurunkan suku bunga, hal ini dapat memberikan tekanan lebih lanjut pada rupiah. Sebaliknya, keputusan untuk menaikkan suku bunga mungkin dapat memberikan dukungan sementara bagi mata uang nasional.
Secara keseluruhan, pelemahan rupiah hari ini mencerminkan kombinasi faktor eksternal dan internal. Ketegangan geopolitik antara Ukraina dan Rusia, serta data ekonomi domestik yang belum menggembirakan, menjadi dua faktor utama yang memengaruhi sentimen pasar. Investor dan pelaku pasar akan terus memantau perkembangan terkini, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk mengambil keputusan strategis dalam menghadapi volatilitas pasar yang mungkin terjadi.