Perusahaan Asing Banyak Tutup Pabriknya Di Indonesia

perusahaan asing

Perusahaan asing banyak tutup apakah ini adalah sebuah pertanda ? Guru Besar Universitas Paramadina, Ahmad Badawi Saluy, menekankan pentingnya pemerintah menciptakan iklim investasi yang lebih nyaman bagi investor asing. Menurutnya, aturan main dan birokrasi yang lebih humanis sangat diperlukan agar investor tidak memilih untuk hengkang dari Indonesia. Pernyataan ini disampaikan sebagai respons terhadap gelombang penutupan pabrik oleh perusahaan asing di Tanah Air. Ahmad Badawi menjelaskan bahwa penyebabnya bukan karena Indonesia tidak memiliki prospek pasar yang baik, melainkan karena iklim investasi yang dianggap kurang mendukung. “Indonesia sebenarnya punya prospek. Tapi kalau iklim investasi tidak nyaman, investor akan berpikir ulang. Mereka kan berinvestasi untuk mencari untung,” ujarnya dalam diskusi publik INDEF yang disiarkan secara virtual pada Kamis, 27 Februari 2025.

Ahmad Badawi menyoroti beberapa faktor yang membuat investor asing merasa tidak betah, salah satunya adalah regulasi yang dinilai kurang humanis. Selain itu, ketidakpastian dalam hubungan industrial juga menjadi kendala serius. “Situasi buruh kita dianggap kurang nyaman. Mereka bisa mogok kerja kapan saja, yang berpotensi mengganggu produksi,” jelasnya. Hal ini tentu menjadi pertimbangan besar bagi investor yang mengutamakan stabilitas dalam menjalankan bisnisnya.

Untuk mengatasi masalah ini, Ahmad Badawi menyarankan agar pemerintah memberikan perhatian lebih kepada investor, termasuk melalui pemberian insentif dan perlindungan. Jika tidak, Indonesia berisiko kalah bersaing dengan negara-negara lain, seperti Vietnam, yang dianggap lebih ramah terhadap investasi. “Vietnam memberikan rasa nyaman bagi investor. Kalau sebuah negara tidak mendukung investasi dan mereka harus mengembalikan modal dengan cepat, investor pasti lari,” tegasnya. Vietnam telah berhasil menarik banyak investor asing berkat kebijakan yang mendukung dan iklim investasi yang kondusif.

perusahaan asing

Salah satu contoh nyata dari gelombang penutupan pabrik asing di Indonesia adalah PT Sanken Indonesia. Perusahaan elektronik asal Jepang ini memutuskan untuk menutup fasilitas produksinya di kawasan industri MM2100, Cikarang Barat, Jawa Barat. Keputusan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Jika situasi ini tidak segera diperbaiki, bukan tidak mungkin lebih banyak lagi perusahaan asing yang memilih untuk meninggalkan Indonesia.

Ahmad Badawi menegaskan bahwa pemerintah perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan yang berkaitan dengan investasi. Regulasi yang terlalu ketat dan birokrasi yang berbelit-belit harus disederhanakan agar tidak menjadi penghalang bagi investor. Selain itu, stabilitas hubungan industrial juga perlu ditingkatkan untuk meminimalisir risiko gangguan produksi akibat aksi mogok kerja. “Investor butuh kepastian dan kenyamanan. Jika mereka merasa tidak aman, mereka akan mencari tempat lain yang lebih menjanjikan,” ujarnya.

Dengan demikian, upaya untuk memperbaiki iklim investasi tidak hanya penting untuk mempertahankan investor yang sudah ada, tetapi juga untuk menarik investor baru. Indonesia memiliki potensi pasar yang besar, namun hal itu tidak akan berarti jika iklim investasi tidak mendukung. Pemerintah perlu belajar dari negara-negara seperti Vietnam yang berhasil menciptakan lingkungan bisnis yang ramah bagi investor. Jika langkah-langkah konkret segera diambil, Indonesia masih memiliki kesempatan untuk menjadi destinasi investasi yang menarik di kawasan Asia Tenggara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *