Perkembangan Populasi Mobil Listrik di Korsel

Perkembangan populasi mobil listrik

Perkembangan populasi mobil listrik berbasis baterai atau Battery Electric Vehicle (BEV) di berbagai negara semakin pesat. Salah satu faktor pendukung utama adalah ketersediaan infrastruktur charging station atau Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang memadai. JBNewsdaily.com berkesempatan mengunjungi salah satu charging station di Korea Selatan, tepatnya di area istirahat Chilgok, pada Rabu (1/2/2025). Lokasi ini menjadi contoh nyata bagaimana Korea Selatan mengembangkan infrastruktur pendukung kendaraan listrik.

Infrastruktur Charging Station di Korea Selatan
Charging station di area istirahat Chilgok, yang terletak di ruas tol menuju Busan, memiliki kapasitas untuk menampung hingga enam kendaraan listrik sekaligus. Saat kunjungan, terlihat beberapa kendaraan listrik sedang mengisi daya, termasuk truk listrik Hyundai Porter EV. Menariknya, charging station ini hanya menyediakan layanan pengisian daya cepat (fast charging), berbeda dengan beberapa lokasi lain yang juga menawarkan pengisian standar.

Perkembangan populasi mobil listrik

Salah satu fitur unggulan dari charging station ini adalah adanya notifikasi atau pemberitahuan di bagian atap yang menunjukkan persentase daya baterai yang sudah terisi. Fitur ini memudahkan pengguna untuk memantau proses pengisian daya tanpa harus berada di dekat kendaraan. Selain itu, informasi ini juga dapat dilihat oleh pengguna lain, sehingga meminimalisir antrean dan meningkatkan efisiensi penggunaan charging station.

Tarif Pengisian Daya
Dari segi biaya, tarif pengisian daya di Korea Selatan relatif mirip dengan yang ada di Indonesia. Di charging station Chilgok, pemilik kendaraan dikenakan biaya mulai dari 310 KRW per kWh (sekitar Rp 3.500) hingga 560 KRW per kWh (sekitar Rp 6.300). Sebagai perbandingan, tarif pengisian daya di SPKLU milik PLN di Indonesia berkisar Rp 2.466 per kWh. Meskipun sedikit lebih tinggi, tarif di Korea Selatan masih tergolong terjangkau mengingat fasilitas dan teknologi yang ditawarkan.

Perbandingan dengan Indonesia
Infrastruktur charging station di Korea Selatan dan Indonesia memiliki beberapa kesamaan dalam perkembangan populasi mobil listrik, terutama dalam hal tipe pengisian daya yang disediakan. Namun, Korea Selatan tampaknya lebih fokus pada pengembangan fast charging di lokasi-lokasi strategis seperti area istirahat tol. Hal ini sejalan dengan tingginya tingkat adopsi kendaraan listrik di negara tersebut.

Di Indonesia, meskipun SPKLU sudah mulai tersebar di beberapa kota besar, jumlahnya masih terbatas. Selain itu, sebagian besar SPKLU di Indonesia masih mengandalkan pengisian daya standar, yang membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan fast charging. Untuk mengejar ketertinggalan, pemerintah dan pihak swasta perlu bekerja sama dalam memperluas jaringan SPKLU dan meningkatkan teknologi pengisian daya.

Kesimpulan
Perkembangan populasi mobil listrik tidak bisa lepas dari dukungan infrastruktur yang memadai. Korea Selatan telah menunjukkan komitmennya dalam membangun jaringan charging station yang efisien dan ramah pengguna. Sementara itu, Indonesia masih perlu berbenah untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik yang lebih baik. Dengan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, bukan tidak mungkin Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan menjadi salah satu pemain utama dalam industri kendaraan listrik global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *