Pengembangan ekosistem ekonomi hijau menjadi pilihan Pemerintah untuk membuka peluang ekonomi baru. Investasi berkelanjutan saat ini merupakan sebuah kebutuhan yang mendesak. Global Sustainable Investment Alliance (2023) mencatat aset investasi berkelanjutan global telah mencapai USD35.3 triliun (sekitar 36% dari total aset keuangan global). Dalam mengahadapi perubahan global menuju ekonomi berkelanjutan, Pemerintah terus responsif dalam menarik investasi berkelanjutan ini.
Dalam RPJPN 2024-2045 telah mencantumkan Visi Indonesia Emas 2045 “Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan”. Dokumen ini memuat sejumlah arah kebijakan penerapan ekonomi hijau dalam transformasi ekonomi, lingkungan hidup yang berkualitas dalam landasan transformasi terkait ketahanan sosial budaya dan ekologi serta mewujudkan sarana dan prasarana yang berwawasan lingkungan.
“Inilah mengapa tema hari ini sangat relevan. Investasi berkelanjutan bukan hanya tenang menghindari resiko lingkungan, melainkan membuka semua peluang ekonomi baru. BloombergNEF tahun 2023 juga menyebutkan bahwa transisi energi bersih akan membutukan investasi senilai USD3.1 triliun per tahun hingga 2050,” tutur Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Edi Prio Prambudi yang hadir mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian airlangga Hartarto dalam acara Kompas100 X BEI tahun 2025 yang mengusung tema “Kompas 100 Outlook: Investasi Berkelanjutan di dalam Ekosistem Bisnis Global” di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Senin (17/02).
Sektor seperti energi terbarukan (EBT), ekonomi sirkular dan teknologi hijau diprediksi menciptakan 25 juta lapangan kerja baru. Indonesia memiliki sumber daya EBT yang melimpah, seperti tenaga surya, hidro, panas bumi, dan bioenergi, yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung transisi energi bersih. Keberadaan hutan Indonesia juga menjadi salah satu aset utama dalam perdagangan karbon, dengan skema seperti Skema Karbon Nusantara (SKN) yang memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan.
